Australia Awards in Indonesia

Australia Awards adalah beasiswa dan studi singkat bergengsi yang bersifat transformatif, diberikan kepada para pemimpin masa depan untuk menempuh studi, penelitian, dan pengembangan profesional di Australia

04 Februari 2025

Breaking Barriers: Alvi Kusuma Wardani’s Quest for Pharmaceutical Discovery

Keterlibatan dengan dunia sering kali memiliki bentuk yang beragam, dan bagi Alvi Kusuma Wardani, hal ini berarti terjun ke dunia penelitian farmasi untuk memerangi infeksi parasit. Kecintaannya pada penemuan obat dimulai sejak masa kuliahnya dan sejak saat itu mendorongnya untuk mencari solusi inovatif terhadap tantangan kesehatan global.

Sebagai dosen di Universitas Muhammadiyah Mataram di Nusa Tenggara Barat, Alvi telah mengejar gelar PhD di University of Queensland sejak tahun 2023 melalui Australia Awards Scholarships, dengan fokus pada penemuan obat kelautan dalam biokimia molekuler. Dia memilih Queensland karena reputasinya yang kuat dalam biologi kelautan dan infrastruktur penelitian yang mutakhir, terutama melalui Institute of Molecular Bioscience.

Perjalanannya dalam penelitian penyakit menular dimulai pada tahun 2015 saat menyelesaikan gelar masternya di Universitas Indonesia. "Fokus saya saat itu adalah penyakit menular. Saya melakukan penelitian tentang obat anti-HIV," jelasnya. Penelitiannya, yang meneliti efek penghambatan daun Erythrina variegata L. terhadap reproduksi HIV, kemudian dipublikasikan di Journal of Young Pharmacists pada tahun 2018, yang mencerminkan kontribusi awalnya di bidang ini.

Membangun fondasi ini, Alvi telah memperluas fokusnya di Queensland untuk mengeksplorasi pengembangan obat parasit. Pekerjaan ini terkait erat dengan pendanaan dan kolaborasi dengan Boehringer Ingelheim, sebuah perusahaan farmasi Jerman. "Di Australia, pengujian aktivitas obat memerlukan sertifikasi yang ketat. Itu sebabnya pengujian aktivitas di sini dilakukan langsung oleh perusahaan obat farmasi bersertifikat."

Dorongan Melalui Hadi Soesastro Prize

Untuk memajukan penelitian dan pengembangan profesionalnya, Alvi mengajukan permohonan dan berhasil menerima Hadi Soesastro Prize yang bergengsi, yang diberikan kepada para penerima beasiswa Australia Awards yang mengambil program PhD. Dia menggunakan hibah tersebut untuk menghadiri dua konferensi penting pada tahun 2024: Biomolecular Horizons di Melbourne dan Konferensi Internasional ke-7 tentang Farmasi Lanjutan dan Ilmu Farmasi (ICAPPS) di Yogyakarta.

Untuk memajukan penelitian dan pengembangan profesionalnya, Alvi mengajukan permohonan dan dianugerahi Hadi Soesastro Prize yang bergengsi, yang diberikan kepada para penerima beasiswa Australia Awards yang mengambil program PhD. Dia memanfaatkan hibah tersebut untuk menghadiri dua konferensi penting pada tahun 2024: Biomolecular Horizons di Melbourne dan Konferensi Internasional ke-7 tentang Farmasi Lanjutan dan Ilmu Farmasi (ICAPPS) di Yogyakarta.

"Hadiah ini juga dapat digunakan untuk mendanai penelitian. Namun karena penelitian saya sudah ada pendanaannya, maka saya disarankan untuk fokus pada seminar atau kegiatan terkait lainnya," kata Alvi. Kegiatan-kegiatan tersebut memberinya kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitiannya, mendapatkan umpan balik, dan memperluas jaringan profesionalnya.

Di Biomolecular Horizons, konferensi biomolekuler terbesar di Australia, Alvi mempresentasikan proyeknya dan mendapatkan wawasan yang berharga tentang penelitian biomolekuler. "Saya belajar bagaimana mempresentasikan karya saya dengan lebih efektif dan menerima umpan balik yang membangun dari para ahli," ujarnya. Konferensi ini juga memungkinkannya untuk terhubung dengan para peneliti Australia dan meningkatkan pemahamannya tentang teknik-teknik canggih dalam ilmu biomolekuler.

Sementara itu, ICAPPS di Yogyakarta memberikan kesempatan bagi Alvi untuk bertemu kembali dengan rekan-rekan dan mentor dari Universitas Indonesia. "Penyelenggara konferensi di Yogyakarta adalah Universitas Indonesia, jadi saya bertemu dengan banyak teman dan dosen. Saya juga memamerkan penelitian saya di Australia, yang membuka pintu untuk kolaborasi potensial, termasuk dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)," katanya.

Dia mencatat perbedaan yang jelas antara dua konferensi yang dia hadiri. Konferensi di Melbourne, dengan fokus tunggal pada studi biomolekuler, menawarkan pengalaman yang ramping yang memungkinkannya untuk terlibat secara mendalam dengan para ahli dan membangun koneksi profesional yang berharga.

Sebaliknya, konferensi di Indonesia menampilkan berbagai macam topik di berbagai sub-tema, memberikan kesempatan unik untuk pembelajaran yang lebih luas. "Dengan banyaknya sub-tema, saya dapat menjelajahi area di luar proyek PhD saya untuk pengembangan diri. Keragaman ini membantu menyegarkan perspektif saya," jelasnya.

Kedua konferensi tersebut, yang dimungkinkan oleh Hadi Soesastro Prize, menjadi platform yang sangat berharga untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman. Selain manfaat individu, mereka menyoroti pentingnya membina kolaborasi antara Australia dan Indonesia, memperkuat cakupan internasional kemitraan akademik.

Alvi percaya bahwa kolaborasi penelitian antara Australia dan Indonesia dapat lebih ditingkatkan melalui pertukaran pelajar dan pengetahuan yang berkelanjutan. Visi ini menjadi dasar dari keputusannya untuk melanjutkan studi di Australia. Selain memanfaatkan kemajuan dalam penelitian biomolekuler sebagai model potensial bagi Indonesia, ia juga ingin mendorong kolaborasi yang lebih dalam dalam penelitian farmasi antara kedua negara.

"Di seluruh Australia, alat penelitiannya sangat maju. Jika penelitian di Indonesia dapat mengakses alat yang sama melalui kolaborasi, hasilnya akan sangat transformatif," pungkas Alvi.

Bagikan berita ini di:


Berita Terkait


Kembali ke atas